Selasa, Februari 14, 2006

Layu Sebelum Mekar #2

Indra memperhatikan ibunya yang masih berbincang dari kejauhan dengan ibu Shin. Keduanya menunjukkan wajah serius. Setelah memperkirakan percakapan dua ibu itu selesai, Indra menghampiri.
“Kami akan pulang hari ini juga, terima kasih atas tawaran ibumu menginap, tapi tidak, Mo nida-to konai-yo!”
“Koko-ni ite.” Indra berusaha menahan nyonya Mariko agar tetap tinggal barang semalam saja.Tapi….tidak!!
Nyonya Mariko tetap melangkah menuju taksi yang menunggu di depan masjid, tempat Shin menunggu.
Indra menatap taksi yang mulai bergerak menjauh meninggalkan pelataran mesjid. Indra membalas lambaian tangan Shin dengan lesu.. sungguh perpisahan yang berat, tapi itulah yang terjadi. Ya Allah, tunjukkanlah jalanmu kepadanya, jangan sampai cahaya itu padam kembali, Indra bergumam lirih.
Di pesawat Shin masih terpaku menatap awan putih dari dalam pesawat yang membawanya pulang kembali ke Tokyo. Hati Shin galau. Dulu Shin juga berpisah dengan Indra, perasaanya tidak seperti saat ini. Ada yang mengganjal di kepalanya. Entahlah, Shin sendiri tak mengerti yang telah dialaminya, ia merasa seperti kehilangan sesuatu dalam hidupnya. Terus terang, Shin penasaran, agama seperti apakah yang membuatnya mengalami semua ini? Mungkinkah dulu Indra juga bertanya – tanya seperti ini?
Shin masih berselimut beribu pertanyaan ketika AC mulai semakin dingin, segera dikeluarkannya switer dari dalam tas kecil bawaannya. Disamping Shin, ibunya sudah tertidur pulas. Tangan Shin terhenti ketika melihat bungkusan yang diberikan Indra tadi sebelum ia berangkat. Shin memandang bungkusan itu sebentar, lalu bergegasa membukanya.
Al-quran? Shin membaca tulisan sampulnya tepat ketika sebuah kertas meluncur dari lembarannya.
“Shin, ini adalah kitab suci agama Islam, bacalah dan coba pahamilah walaupun Cuma sedikit. Aku berharap ini bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan yang masih tersisa di hatimu. by: Indra. Indra @ blablabla.com, 0813141650xx,” Oh.. Indra menuliskan alamat email dan nomor hendphonnya juga rupanya, pikirnya. Disimpannya buku yang bernama Al-Quran itu kembali di balik lipatan pakaiannya, Lalu melanjutkan niatnya untuk tidur. Pemandangan pulau Jawa mulai menjauh perlahan dan akhirnya tinggal sebuah titik, lalu menghilang dari sudut mata Shin.
bersambung...

Tidak ada komentar: