“Intinya… aku menemukan arti hidup dalam Islam.”
“Dulu kamu juga Islam.”
“Ya, tapi seperti yang kukatakan tadi Shin.. aku..”
“Dulu kamu juga Islam.”
“Ya, tapi seperti yang kukatakan tadi Shin.. aku..”
Shin terdiam. Wajahnya memerah. Berbagai perasaan berkecamuk di hati Shin. Agama, satu kata yang tidak pernah terdengar dari mulut orang tuanya. Bahkan sampai saat ini Shin tak pernah tahu apa agamanya. Kalau natal tiba, Shin ikut merayakan natal, percaya dewa matahari, mengikuti berbagai acara keagamaan apa saja yang dirayakan orang sekitarnya.
“ Shin, maafkan aku, bukan maksudku untuk bohong, aku sudah coba tulis surat kepadamu, sampai berkali – kali malah.. aku berusaha menjelaskan semuanya, karena aku tak ingin di antara kita ada rahasia”.
“Tapi, ini rahasia, Ndra. Kamu udah bohong sama aku.”
“Kan aku sudah pernah cerita di suratku kalau..”.
“Surat?”. Potong Shin cepat. Sekarang gantian wajah Shin mengkerut bingung. Indra menceritakannya dalam setiap suratnya? Seingatnya, Indra hanya berkirim surat dua kali untuknya, dan itupun hanya berisi kenangan – kenangan mereka saja. Tak ada yang lain.
“Ya, setiap bulan aku selalu mengirimkan surat untukmu.”
“Tapi aku tak pernah menerimanya Ndra, hanya dua kali.” Wajah Shin terlihat bingung, demikian juga Indra. Rasanya Indra mengerti sekarang mengapa Shin cukup kaget. Memang Indra tak pernah menelpon Shin selain sebelum pernikahannya. Karena Indra yakin surat itu selalu dibaca oleh Shin.
“Itu artinya kamu juga akan ninggalin aku juga Ndra? Seperti Reina?!”
“Nggak, Shin…kita akan tetap sahabat sampai kapan pun….”.
“Tetap sahabat ?? kamu tahu Ndra, kalimat yang sama diucapkan Reina beberapa tahun lalu…” huh! Semuanya sama saja!, pikir Shin. Indra tahu sahabatnya itu masih salah paham tentang Reina. Mungkin ini saatnya meluruskan pikirannya, tekad Indra dalam hati. “Shin… itu beda Shin, dalam Islam pergaulan wanita dan laki – laki sudah diatur dan nggak boleh pacaran. Coba aja kamu pikir berapa banyak waktu yang kamu buang Cuma untuk mikirin dia, lupa makan , lupa minum, lupa belajar.. jadi wajar Reina sedikit menjaga jarak sama kamu, hm bukan kamu aja sih, semua cowok malah. Nah.. kalo aku kan cowok, kenapa aku harus menjauhimu?. ” Indra berusaha meyakinkan Shin. Shin sedikit tertunduk.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar