Shin segera bergegas menuju taman tempat bola iseng Indra menghilang. Langkahnya semakin tak teratur dan semakin tak karuan ketika taman serta bayangan Reina semakin dekat. Matanya menelusuri setiap sudut taman, seperti orang kebingungan. Berharap bola itu dapat ia temukan lebih cepat tanpa harus berlama – lama di sana, ia malu bertemu dengan Reina dalam keadaan muka memerah begini!. Tapi tampaknya bolapun berkompromi dengan Indra menjahilinya. Beberapa saat telah berlalu, tapi tak juga terlihat oleh Shin, sementara Reina mulai tampak memperhatikan gerak geriknya. (bukannya GR lho..!).
“Kamu Shin kan? Murid baru pindahan dari Jepang itu?” Sebuah suara halus membuatku terhenti sesaat. Shin terperangah. Reina mengenalnya?
Shin mengangguk pelan.Lalu kembali melanjutkan pencariannya.
“Boleh Bantu?”
“Ng..ng..Nggak usah.” Tolak Shin terbata - bata. Ia tak ingin merepotkan Reina. Shin melanjutkan mencari di bawah pohon kecil beberapa meter darinya.
“Shin.. sampai kapan juga nggak akan ketemu, tuh! bolanya, nyangkut di pohon.” Shin melihat Reina menunjuk ke atas pohon kecil di sampingnya. Shin sebal. O.. my God! Kenapa aku tak melihat dari tadi?, gerutu Shin dalam hati.“O… thank you. “ Shin segera mengambil bola itu dengan sedikit melompat dan berlari sekencang – kencangnya menuju lapangan. Tak dihiraukannya tatapan heran Reina yang mengikuti langkahnya tak mengerti (heran sama muka Shin yang udah kaya kepiting rebus kali yee.. merahnya). Tapi Shin tak peduli. Yang ada dipikiran Shin sekarang hanya satu nama.. Indra…!!!! (bakalan ada perang saudara nih kayaknya! He.. he..).
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar