Indra dengan setengah berlari menghampiri Shin yang masih duduk memandang tempat duduk taman beberapa meter dari lapangan bola sekolahnya. Sejak orang tuanya memindahkan Shin ke sekolah Indra, setiap hari Indra selalu mengajak atau tepatnya memaksa Shin ikut latihan, bahkan sekarang memasukkannya jadi anggota resmi klub. Katanya sih, Shin sebenarnya permainan bola Shin cukup bagus, Cuma sayang.. nggak pernah diasah! (golok kali ye..pake diasah segala! He..he..). Anak klub sih senang - senang aja dapet anggota baru, anak jepang lagi!
“Shin, ayo… udah mau mulai tuh babak kedua.”ujar Indra sembari menarik tangan Shin.
“Iya, bentar lagi.” Jawab Shin.
Mata Shin seperti tak bisa melepaskan pandangan dari sudut taman itu. Bukan tempat duduk itu yang menarik perhatiannya, melainkan sosok yang duduk dan sedang membaca buku di bangku itu. Reina !
Reina, gadis cantik yang menarik perhatian Shin . Tapi mereka tak pernah sekelas, sehingga Shin tak pernah berkesempatan mengenal gadis itu lebih jauh. Setiap sepulang sekolah, gadis itu selalu menghabiskan waktunya di taman itu. entah membaca, mengerjakan tugas, ataupun membuat dekorasi untuk mading sekolah bersama teman – temannya. Reina cukup tenar di sekolah ini. Seperti Indra, wajah oke, prestasi tokcer, Materi cukup, dan pimred majalah sekolah, dan bermacam – macam kriteria lainnya yang membuat gadis itu selalu memiliki nilai lebih daripada murid lainnya.
“Ngeliatin apa sih?” Indra ikut – ikutan melihat ke arah sudut taman itu. Shin langsung memalingkan wajahnya, pura – pura memandang ke sudut lain. Gawat, kalau Indra tahu Shin bisa di ledek habis – habisan!! Shin tahu betul sifat usil sobat yang baru beberapa bulan dikenalnya itu!
“O… Reina ya?” Indra bergumamam. Oo… gawat! Tuh, kan? Wajah Shin langsung memerah.
“Reina siapa? Cewek lu Ndra?” Shin masih pura – pura tidak tahu dengan maksud Indra.
“Alaah, pura – pura telmi lu Shin, gw samber baru tau rasa lo… ngaku deh sama gw.” Indra melempar bola yang dipegangnya kepada Shin. Shin langsung menangkapnya sebelum bola itu mampir di keningnya, alias benjol.
“Lu yang bener aja ndra, lu tau sendiri kan Reina tuh cantik, popoler, baik, ramah, pinter, trus..”
“STOP please, tuh kan? bener juga tebakan gw.”potong Indra.
“Tebakan apa? yuk ah, apaan sih.” Shin menarik Indra menuju lapangan. Dari jauh sekali lagi ia memperhatikan sosok semampai itu beranjak dari duduknya ketika segerombolan cewek yang tak lain adalah teman se-gank Reina menghampiri dan menarik tangan gadis itu meninggalkan tempat itu. mungkin ke kantin sekolah, atau pulang.
Sejak hari itu perhatian Shin selalu tertuju ke taman itu. setiap latihan sepak bola, selalu ia sempatkan menoleh ke sudut itu. tapi, ia tak pernah punya keberanian menyapa, apalagi untuk mendekati sosok berambut panjang itu. Hingga suatu hari, entah sengaja atau tidak, bola yang di tentang Indra melesat ke taman itu. Entahlah, Indra yang biasanya selalu menendang dengan tepat walau jarak jauh sekalipun, tak pernah meleset, apalagi keluar dari lapangan. Shin memandangnya curiga ke arah Indra, takut – takut si biang jail itu mengerjainya. Tapi lagi – lagi Indra hanya cuek dan Shin-lah yang kena batunya karena berada paling dekat dengan jarak taman dibandingkan teman – teman lain yang hanya beberapa langkah dari tempatnya berdiri, tapi itulah peraturannya yang berlaku kalau soal mengambil bola. Sebel, gerutu Shin dalam hati.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar