Rabu, September 14, 2005

Aneh? #2

Shin terdiam. Kepalanya berusaha mencerna kata – kata yang keluar dari mulut Indra.
“Ya sudah, nanti aku jelaskan setelah acara. Ok? Sekarang aku siap – siap dulu ya?”

Shin mengangguk, lalu keluar dengan wajah bingung. Indra mengerti kebingungan sahabatnya itu. Dulu Shin memang tak pernah melihat hal ini. Ia akan menjelaskannya tentu, tapi bukan sekarang. Indra duduk sebentar di meja kerjanya. Sejak Shin datang, ada sesuatu yang mengganjal di kepala Indra. Ia heran dengan sikap Shin. Kenapa Shin seperti tak mengerti apa – apa dan seakan benar – benar baru mengetahui setiap lembar perubahan pada dirinya? padahal selama ini ia begitu rutin menuliskannya di dalam setiap suratnya? Ataukah surat itu tak pernah sampai di tangan Shin?.

Shin baru selesai berganti pakaian, ketika Indra menghampirinya, untuk mengajaknya untuk segera berangkat. Shin meneliti dari ujung sepatu sampai rambut Indra, yang sempat membuat Indra salah tingkah. Setelan hitam putih dan jas tersampir di lengannya. Rambutnya tersisir rapi. Tak ada yang istimewa, kecuali wajahnya yang tampak bercahaya dan bersih itu Pakaian pengantin yang sederhana, itu pendapat Shin. Shin sendiri mengenakan setelan batik berwarna biru yang diberikan ibu Indra. Batik seragam yang dipakai oleh semua keluarga pengantin, katanya.

Setelah sarapan, merekapun berangkat Bersama keluarga Indra menuju sebuah bangunan yang cukup besar yang di depannya sempat ia baca papan bertuliskan Masjid. Dengan ketidak mengertiannya, Shin ikut melangkahkan kakinya memasuki bangunan sederhana, namun terlihat megah itu.

Di dalam ruangan bercat putih bersih itu Shin dan Indra di sambut beberapa orang yang telah hadir yang akhirnya diperkenalkan Indra sebagai teman – temannya di lembaga dakwah kampusnya – entah apa itu, Shin tak mengerti—kepadanya. Shin melihat ada garis pembatas seperti tirai yang melintang, membagi dua di tengah ruangan itu. Hijab, jawab Indra ketika Shin tanyakan hal itu. Shin makin bingung. Acara pernikahan macam apa ini? Aneh! Shin tak habis pikir. Untunglah, tak lama kemudian iringan keluarga pengantin wanitapun tiba.

Shin memutarkan kepalanya tepat sesaat sebelum sosok pengantin yang membuatnya penasaran itu menghilang di balik pembatas atau hijab. Shin semakin tak mengerti, Apa lagi ini Indra? Sekilas ia bisa melihat sosok pengantin tadi. Seorang wanita yang mengenakan gaun putih sederhana yang longgar dan panjang dan… jilbab putih lebar yang menutupi rambutnya!.

Rasa benci itu hadir kembali di hati Shin. Semakin tebal menutupi hatinya. Shin memandang Indra dengan tatapan semakin tak mengerti dan kesal, itukah calon istrimu Ndra? Bukankah Indra tahu kalau ia sangat membenci kerudung itu? bukankah Indra tahu, kerudung itulah yang telah menggoreskan luka yang sedemikian dalam di hatinya? Luka yang masih meninggalkan bekas hingga saat ini? Lalu.. sekarang istri, eh calon istri Indra seorang gadis berkerudung!. Dan siapa gadis yang juga berkerudung yang di samping pengantin itu? Rei …Reina!? Shin ingat, kemarin Indra pernah bilang, kalau calon istrinya adalah temannya Reina. Tapi, Shin tak pernah berpikir akan bertemu lagi dengan gadis itu di sini. Mengapa Indra tak memberitahunya bahwa Reina juga datang? Dada Shin langsung bergemuruh. Seketika kepahitan masa lalu langsung tergambar jelas di kepala Shin, masa lalu yang begitu pekat…
bersambung

Tidak ada komentar: