Islam memperhatikan kecerdasan anak secara terpadu baik kecerdasan spiritual, emosi dan intelegensi sejak usia dini. Dengan kecerdasan terpadu tersebut diharapkan dapat terwujudlah generasi pelopor yang siap menyongsong kebahagiaan dunia akhirat.
Tiga jenis kecerdasan tersebut hendaknya dilakukuan oleh seorang ibu kepada anaknya ketika ia masih hamil. Akan tetapi perlu diingat bahwa kecerdasan spiritual harus menjadi landasan dari kecerdasan emosi dan intelegensi. Dalam surat Ali Imron ayat 34-52 disebutkan bahwa istri Imran ketika menginginkan lahirnya seorang anak yang sholeh ia selalu beribadah dan bertaqorrub kepada Allah semenjak dia hamil.
Begitu juga dengan Nabi Zakariya, beliau selalu bermunajat kepada Allah dengan banyak sholat , berdzikir dan bertasbih sejak istrinya hamil. Sedangkan Maaryam sebelum hamil dia sudah diperintahkan oleh Allah untuk banyak tunduk, ruku’ dan sujud kepada Allah.
Dengan pembentukan kecerdasan spiritual tersebut lahirlah generasi yang telah terbukti kecerdasannya dalam sejarah, yaitu Maryam, Yahya dan Isa.
Di dalam surat As-shaffat ayat 83-102 diceritakan bahwa Nabi Ibrahim selalu taat dan istiqomah dalam membela ajaran Allah kemudian lahirlah seorang anak bernama Ismail yang pandai menafsirkan mimpi ayahnya dan siap berkoban untuk taat kepada Allah.
Adapun aplikasi pembinaan kecerdasan spiritual kepada anak adalah :
a. Menyampaikan kalimat tauhid kepada anak dengan memperdengarkan dan menghafalkan kemudian menjelaskan kepadanya sesuai dengan usianya seperti kalimat Laa Ilaha Illallah dan surat Al-Isra ayat 111
b. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap Allah dengan cara banyak menyebut nama-Nya seperti pesan Rasulullah kepada Ibnu Abbas: Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapatkan Nya dihadapanmu. Sahal bin Abdullah at-Tasturi dipesankan oleh pamannya agar sebelum tidur ia membaca Allahu ma’ii, Alla nazhirii, Allah syahidii (Allah bersamaku,Allah melihatku, Alllah menyaksikanku) 3x kemudian 7x kemudian 11x.
c. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap Rosulullah dengan cara:
Dibiasakan untuk segera melaksanakan ajaran Rosulullah. Menghafal hadits, contoh Imam Syafi’i hafal hadits Muwatha’ pada usia sepuluh tahun. Memberi hadiah terhadap anak yang hafal hadits. Menceritakan pribadi Rosulullah dan peperangan-peperangannya. Membacakan sirah Nabawiyah.
d. Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak baik membaca, menghafal atau menafsirkan. Contoh Imam Syafi’I Hafal Al-Qur’an pada usia 9 tahun dan Sahal al-Tusturi hafal Al-Qur’an dan mulai belajar tafsir pada usia 7 tahun. Menurut Abu Ashim : Anak usia 3 tahun hendaknya sudah diajarkan Al-Qur’an dan hadits.
e. Melatih sholat dan berjamaah di masjid serta melatih shaum di bulan Ramadhan juga melatih Berinfaq dan memperkenalkan manasik haji kepada anak.
Sedangkan aplikasi pembinaan emosi kepada anak adalah:
a. Memberikan cinta kasih kepada anak dengan cara mengelus, mencium, memeluk, berkata lembut dan sebagainya.
a. Memberikan cinta kasih kepada anak dengan cara mengelus, mencium, memeluk, berkata lembut dan sebagainya.
b. Bersenda gurau dengan anak dan menghiburnya.
c. Memberi hadiah kepada anak.
d. Mengusap kepala anak.
e. Menyambut kedatangan anak dengan ceria.
f. Menjawab pertanyaan anak dengan baik.
g. Melatih anak untuk bersikap jujur, pemaaf, berani, berukhuwah, sabar dan menjelaskan keutamaan-keutamaannya.
h. Membiasakan adab-adab yang baik kepada anak seperti adab kepada orang tua, adab terhadap saudara, adab terhadap guru, adab berukhuwah, adab bertetangga, adab mendengarkan Al-Qur’an, adab belajar dan lain-lain.
Mengenai aplikasi pembinaan kecerdasan intelegensi kepada anak adalah:
a. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan dan melatih anak untuk terbiasa Mempraktekan adab-adab belajar. Misalnya sering mengajak anak ke toko buku, membelikan buku-buku yang disukainya, mengajak anak berdiskus,mengajak anak ke perpustakaan dan lain-lain.
b. Menghafalkan Al-Qur’an dan hadits kepada anak karena keduanya adalah sumber cahaya bagi Ilmu pengetahuan.
c. Memilih guru-guru dan sekolah yang baik untuk anak.
d. Mengajarkan anak bahasa arab dan bahasa asing lainnya.
e. Mengarahkan anaksesuai dengan bakat-bakat ilmiahnya
f. Membuat perpustakaan di rumah.
g. Menceritakan masa kanak-kanak dari ulama salaf dalam mencari ilmu.
h. Menerapkan waktu belajar secara disiplin.
c. Memberi hadiah kepada anak.
d. Mengusap kepala anak.
e. Menyambut kedatangan anak dengan ceria.
f. Menjawab pertanyaan anak dengan baik.
g. Melatih anak untuk bersikap jujur, pemaaf, berani, berukhuwah, sabar dan menjelaskan keutamaan-keutamaannya.
h. Membiasakan adab-adab yang baik kepada anak seperti adab kepada orang tua, adab terhadap saudara, adab terhadap guru, adab berukhuwah, adab bertetangga, adab mendengarkan Al-Qur’an, adab belajar dan lain-lain.
Mengenai aplikasi pembinaan kecerdasan intelegensi kepada anak adalah:
a. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan dan melatih anak untuk terbiasa Mempraktekan adab-adab belajar. Misalnya sering mengajak anak ke toko buku, membelikan buku-buku yang disukainya, mengajak anak berdiskus,mengajak anak ke perpustakaan dan lain-lain.
b. Menghafalkan Al-Qur’an dan hadits kepada anak karena keduanya adalah sumber cahaya bagi Ilmu pengetahuan.
c. Memilih guru-guru dan sekolah yang baik untuk anak.
d. Mengajarkan anak bahasa arab dan bahasa asing lainnya.
e. Mengarahkan anaksesuai dengan bakat-bakat ilmiahnya
f. Membuat perpustakaan di rumah.
g. Menceritakan masa kanak-kanak dari ulama salaf dalam mencari ilmu.
h. Menerapkan waktu belajar secara disiplin.
Semoga dengan pembinaan kecerdasan spiritual, emosi dan intelegensi kepada anak akan terciptalah generasi yang kuat dimasa yang akan datang. Allah SWT berfirman : “ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seanfdaionya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab mereka bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perhatian yang benar (QS. An-Nisa :9 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar