Jumat, Desember 30, 2005

Good Days or Bad Days? #3

Semua seperti di neraka, setidaknya itulah yang dirasakan oleh Shin setelah Reina memutuskan hubungan mereka. Semangat empat lima-nya Indra tak mampu menghiburnya. Berkali – kali Indra memperkenalkannya dengan teman – teman perempuannya, dari yang Indonesia asli, Indonesia campuran, sampai Jepang mania! (maklum, Indra kan belum berubah!). Tapi sekalipun Shin tak pernah tertarik. Shin tak mampu mengusir bayangan Reina yang menurutnya kian hari semakin menjauh darinya. Reina memang tak pernah membedakan teman, Shin menyukai sifat yang seperti itu, tapi itulah yang dia lakukan terhadapnya sekarang!. Reina tak lagi mau pergi dengannya berdua ataupun plus Indra, Reina hanya menemui Shin jika hanya ada perlu, Reina… dan segudang lainnya yang membuat Shin terluka. Seandainya waktu dapat kuputar kembali, Shin bergumam sendiri.

Shin benar – benar rapuh. Hampir setiap malam dihabiskannya dengan nongkrong di kafe dan tempat hiburan atau tak jarang ia pulang dalam keadaan mabuk. Indra tak bisa mencegahnya. Shin muali tak peduli dengan nilai – nilai sekolahnya. Indra? Indra tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menemani Shin, agar tak terjadi apa – apa pada sobat karibnya itu. Indra sendiri sebenarnya cukup bingung. Indra tak tahan melihat kesedihan Shin.

Berkali – kali Indra mencoba mendatangi Reina agar berbaikan lagi dengan Shin, tapi ia tak berhasil. Sementara orang tua Shin seperti tak menyadari atau tak mau menyadari perubahan yang Shin alami. Sedangkan untuk memberitahu orang tuanya atau orang tua Shin?, Indra tak punya cukup keberanian. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk sahabat yang disayanginya itu. Indra hanya bisa berharap, waktu akan menghapus semua kepahitan ini dan mengembalikan sahabatnya seperti dulu lagi. Ia rindu masa – masa itu. Tapi, ternyata waktu tak seperti diharapkan Indra. Puncaknya Shin memutuskan untuk meninggalkannya alias kembali ke Jepang!

“Shin, lo serius mau balik ke Jepang? pikirin lagi Shin.. kalau ortu lu pindah, tapi lu kan bisa tinggal sama gw..aku nggak yau kemana kau harus nyari sahabat kayak lo Shin..” sekali lagi Indra menanyai Shin yang duduk di ruang tunggu pesawat yang akan membawanya kembali ke negeri sakura itu. Lima hari yang lalu Shin mengutarakan itu kepada Indra. Kebetulan juga tugas orang tuanya sudah selesai di Indonesia.

Shin tertunduk. Shin sebenarnya tak ingin pergi. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Shin tak akan bisa melupakan semua kenangannya bersama Indra. Tak ada yang bisa menggantikan Indra. Tapi, apalagi yang harus Shin lakukan? Kenangan pahit itu telah menutup segala kenangan manisnya selama di negeri ini..

Shin semakin tertunduk. “Ya, ndra, I m sorry, gw nggak akan ngelupain lu”. Ucap Shin lirih. Indra terlihat pasrah mendengar keputusan itu.Shin menyalami Ibu dan ayah Indra yang berdiri tak jauh dari mereka, lalu memeluk Indra agak lama sebelum kemudian mengikuti orang tuanya meninggalkan ruang tunggu, menuju pesawat yang kan membawa mereka kembali ke tanah air. Dari Jakarta ke Tokyo, Jepang.
bersambung

Tidak ada komentar: