Rabu, Desember 14, 2005

Good Days or Bad Days? #2

Sebagian murid menyambut berita itu dengan baik dan senang, terutama anak rohis sekolah, tapi tidak bagi Shin. Dari kabar yang beredar, ternyata Reina baru kembali dari sebuah kota kecil di pinggiran Perancis, mengikuti ibunya yang sedang ada urusan di sana untuk dua minggu. Shin langsung menemui Reina seusai sekolah sore itu. Shin berharap Reina sikap Reina tak akan berubah seperti cerita teman – temannya tadi pagi. Setidaknya walau ia tak akan berhasil membuat Reina kembali seperti semula, tapi hubungan mereka tidak berakhir. Tapi, ternyata Shin keliru.

“Maaf Shin, kita putus ya?.”
“Nggak Rei, aku sayang sama kamu.” Shin berusaha meyakinkan Reina.” Dan bagiku tidak masalah kalau kamu tetap dengan pakaian seperti itu, terserah. tapi.. please… jangan tinggalin aku Rei… aku nggak bisa hidup tanpa kamu..”
“Shin.. Shin.. kamu nggak bisa hidup tanpa aku? Trus sebelum kamu kenal aku itu, berarti kamu bukan hidup dong..”. Reina tersenyum. Geli.
“Aku serius Rei..”. Shin memandang Reina dengan tatapan memelas, tapi gadis yang dipandangnya itu langsung menunduk.
“Maaf, aku nggak bias Shin.. kemarin aku baru pulang dari luar negeri, dan di sana aku ngeliat.. susah sekali untuk berislam apalagi wanita kayak aku, mereka dilarang berkerudung, ibadah.. dan aku di sini? Dari peristiwa itu aku berpikir.. di sini, di negeri ini orang Islam masih bebas, malah didukung.. tapi aku justru nggak ngejalanin ajaran islam.. “.
“Dengan bepakaian seperti itu?”
“Salah satunya.”
“Itu Cuma akan menyiksa Rei, kamu nggak akan bebas lagi, kamu cantik..”.
“Stop Shin, justru inilah lambang kebebasan bagiku, dengan pakaian seperti aku akan terbebas dari penilaian orang – orang yang selalu memandang wanita hanya dari fisiknya, dan justru ini melambangkan tentang kebebasan dalam berpakaian, fashion. Dan yang terpenting, pakaian ini justru akan membuat aku semakin aman. Shin.”.
“OK, OK.... aku nggak akan melarangmu untuk itu Rei, tapi, kita jangan pisah..”. suara Shin semakin serak.

Reina terdiam. Jauh di dasar hatinya sesungguhnya ia tak ingin menyakiti hati Shin, tapi ia sudah memilih jalan yang sudah lama sekali ia cari dan akhirnya baru sekarang hidayah itu bias digenggamnya. Ya, awalnya ketertarikan Reina hanyalah sebatas membaca buku. Tapi lama kelamaan hatinya semakin mengakui kebenaran islam. Beberapa kali dicobanya untuk berani menggenggam hidayah itu, apalgi setelah beberapa kali mengikuti diskusi di rohis sekolahnya. Tapi lagi – lagi ia goyah. Sekarang Ia tak akan kehilangan Cinta yang sebenarnya yang ia rengkuh saat ini. Cinta Allah. Ia tak akan mundur lagi.

“Aku tahu, tapi…”
“Tapi apa Rei?” Shin trak sabar. Shin mencoba menyelami hati gadis itu.“Aku… maaf, aku Cuma bisa bilang, semua adalah kesalahan.. dan.. ah, sudahlah Shin, kita akan tetap bersahabat, suatu saat kamu akan mengerti, dan satu lagi, kalau kita jodoh, pasti Allah akan berkehendak mempertemukan kita lagi,.. aku pulang dulu ya?.”
bersambung

Tidak ada komentar: