Kamis, Juli 14, 2005

Sepenggal Kenangan Masa Kecil #4

Dua tahun kemudian…

Tak terasa dua tahun telah berlalu, artinya sekarang mereka sudah duduk di bangku SMA dan menjadi ABG (Anak Baru Gede). Persahabatan merekapun semakin erat dari hari ke hari, walaupun seringkali banyak yang mempertanyakan tentang persahabatan mereka yang begitu akrab itu. bagaimana tidak? Meski seusia dan tumbuh seiring - sejalan, tapi Indra tidak seperti Shin. Indra anak yang supel, sehingga bisa bergaul dengan siapa saja, kenalan dengan siapa saja, entah itu di sekolah, rumah, atau di mall sekalipun. Prestasinya yang cemerlang dalam belajar, maupun olah raga membuatnya lebih menonjol dari murid lainnya. Satu lagi yang disukai Shin darinya, Indra selalu bicara terbuka, apa adanya, kadang kepede-an, atau bahkan terkadang terlalu blak – blakan. Tidak seperti Shin yang lebih memilih tak banyak bicara dan lebih suka memendam masalahnya sendiri. Shin tidak begitu suka dengan keramaian, kecuali Indra yang mengajaknya. Shin lebih suka membaca buku. Dan inilah yang membuat persahabatan mereka bertambah erat, berebut nilai tertinggi!.

Mungkin karena sikapnya yang pede itu juga Indra masih bisa berbicara sedikit dalam bahasa Jepang. Tapi bukan berarti Indra juga keturunan Jepang lho!.

Ayah Indra asli Sawah Lunto, sebuah kota kecil di Sumatera bagian barat, sedangkan ibunya betawi asli. Konon katanya ketika ayahnya Indra melamar, pihak dari ibunya Indra langsung diberi syarat. Kalau mau nikahin anak gw, lu kudu tinggal di sini, kaga’ boleh di jakarte,kagak boleh bawa anak gw ke Padang!, begitu kali ya bahasa kasarnya. Ya, jelas aja pihak ayahnya Indra juga menentang.. Untungnya, keluarga ayahnya Indra orangnya udah nggak terlalu terikat banget sama yang namanya adat sana dan agak fleksibel, jadi masih bisa dilobi (kayak deadlock sidang aza ada lobi-lobi.. J). Akhirnya setelah lobi- melobi, keluarlah hasilnya, yaitu wajib lapor, eh, wajib pulkam (pulang kampung) setahun sekali!. Kalau tahun ini lebaran di Jakarta, tahun besok harus di padang. Jadilah Indra bisa sedikit bahasa minang juga. Nah, kalau bahasa Jepangnya itu, dari Shin tahu dari ibunya Indra, kalau ternyata keluarga itu sempat tinggal tiga tahun di Jepang, waktu ayahnya Indra ditugaskan di sana (waktu itu Indra masih SD). Tapi, emang dasarnya Indra yang suka ceplas – ceplos dan kadang nggak peduli pakai bahasa apa, jadinya tuh bahasa nempel terus, padahal udah lebih dari lima tahun lho!
bersambung

Tidak ada komentar: