Andi (2 tahun 2 bulan ) sering sekali mengamuk. Dalam sehari bisa dua sampai tiga kali mengamuk. Penyebabnya bisa apa saja, mulai dari meminta botol susu sampai minta dibelikan mainan atau snack kesukaannya. Kalau hanya menangis saja mungkin biasa, namun amukan bocah ini lebih dari itu. Pada saat mengamuk, ia akan berlari-lari mengitari ruangan, berguling-guling di lantai atau tanah. Pernah ia menabrak lemari, kepalanya benjol sebesar telur ayam. Sekali waktu ia mengamuk di mall dan berguling-guling di lantai mall, tentu saja ia menjadi tontonan orang banyak. Kedua orang tua Andi sudah kehilangan akal untuk menangani amukan Andi, sehingga cenderung segera memenuhi permintaan Andi.
Hampir semua anak balita pasti pernah mengamuk. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari menangis keras, berteriak, meronta-ronta, berlari-lari tak tentu arah, berguling-guling, melempar, menarik, dan lain-lain. Kadang-kadang amukan anak kelihatan sangat mengkhawatirkan. Tangisan dan marahnya kerap membuatnya seperti kehabisan nafas, wajahnya merah, bahkan bisa sampai membiru, dan kadangkala dapat melukai dirinya sendiri.
Mengamuk disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Keinginan yang tidak terpenuhi karena orang tua tidak memahami apa yang anak inginkan. Mungkin juga karena kemampuan bicara anak yang belum sempurna, sehingga orang tua hanya bisa menebak-nebak keinginan anak, sementara ia tidak sabar dan kesal dengan "kelambanan" ayah dan ibunya.
2. Anak marah dan tidak sabar dengan keterbatasan yang dimilikinya, misalnya tubuhnya yang tidak dapat menjangkau tempat-tempat tinggi. Tempat di mana orang tua biasa meletakkan barang-barang yang sangat menarik perhatiannya.
3. Amukan anak juga bisa disebabkan oleh perasaan takut yang meluap-luap. Karena pada dasarnya anak memiliki ketakutan-ketakutannya sendiri, takut ditinggalkan, takut terhadap sesuatu, orang atau apa saja. Anak mengamuk karena terlalu frustasi, ia sebenarnya putus asa.
Lebih dari separuh batita mengamuk sedikitnya sekali dalam sehari. Frekwensi ini akan menurun banyak setelah anak berusia tiga tahun. Anak-anak yang ketika balita suka mengamuk biasanya adalah anak yang aktif dan kemungkinan memiliki kecerdasan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka adalah anak yang tahu apa yang mereka inginkan, mereka ingin melakukan banyak hal besar, dan mereka berusaha dengan serius untuk mengatasi halangan apa pun.
Tips Menanggulangi Anak Mengamuk
Sebagai orang tua kita tidak dapat menghindarkan anak dari perilaku mengamuk ini. Karena penyebabnya bisa apa saja. Hal yang dapat kita lakukan adalah melaksanakan strategi yang tepat menghadapi amukan anak, dan mencegah agar ia tidak merugikan atau melukai diri sendiri.
Berikut ini ada beberapa kiat yang patut dicoba:
1. Perkecil kemungkinan melukai diri sendiri, orang lain atau merusak sesuatu. Saat mengamuk, anak tidak dapat menguasai dirinya sendiri. Ia juga sangat ketakutan dengan amarahnya. Peluk anak dari belakang dengan lembut dan tidak menekan keras sambil duduk di lantai. Sentuhan, pelukan dan kedekatan dengan orang tua akan membuatnya tentram. Jika anak tidak mau dipeluk, jangan memaksa, biarkan di lantai namun singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya. Cegah anak membenturkan kepala atau bagian tubuh yang lain. Tidak perlu berdebat atau memaksa anak untuk memahami permasalahan. Pada saat mengamuk anak tidak punya akal sehat. Ia hanya bisa mengamuk.
2. Jangan pernah membuat anak merasa dihukum atau diberi hadiah karena mengamuk. Jika Anda ingin agar anak tahu betapa buruknya ketika ia mengamuk, tahan diri Anda untuk melakukan apapun. Begitu pula jangan mengabulkan keinginan anak karena ia mengamuk. Sebab, anak akan belajar bahwa amukannya berhasil.
3. Tidak perlu merasa malu menangani amukan anak di depan umum. Banyak orang tua yang merasa malu jika anaknya mengamuk di tempat umum. Akibatnya mereka segera menyogok anak agar amukannya reda. Hal ini akan merugikan, begitu anak belajar tentang situasi ini, ia akan menggunakan amukannya sebagai senjata untuk mendapatkan semua keinginannya. Jika ini terjadi, orangg tua akan sulit mengendalikan keinginan anak. Mereka kelak akan menyadari dan mengeluh kalau anaknya menjadi cengeng, manja, rewel dan banyak maunya.
Sebagai orang tua kita tidak dapat menghindarkan anak dari perilaku mengamuk ini. Karena penyebabnya bisa apa saja. Hal yang dapat kita lakukan adalah melaksanakan strategi yang tepat menghadapi amukan anak, dan mencegah agar ia tidak merugikan atau melukai diri sendiri.
Berikut ini ada beberapa kiat yang patut dicoba:
1. Perkecil kemungkinan melukai diri sendiri, orang lain atau merusak sesuatu. Saat mengamuk, anak tidak dapat menguasai dirinya sendiri. Ia juga sangat ketakutan dengan amarahnya. Peluk anak dari belakang dengan lembut dan tidak menekan keras sambil duduk di lantai. Sentuhan, pelukan dan kedekatan dengan orang tua akan membuatnya tentram. Jika anak tidak mau dipeluk, jangan memaksa, biarkan di lantai namun singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya. Cegah anak membenturkan kepala atau bagian tubuh yang lain. Tidak perlu berdebat atau memaksa anak untuk memahami permasalahan. Pada saat mengamuk anak tidak punya akal sehat. Ia hanya bisa mengamuk.
2. Jangan pernah membuat anak merasa dihukum atau diberi hadiah karena mengamuk. Jika Anda ingin agar anak tahu betapa buruknya ketika ia mengamuk, tahan diri Anda untuk melakukan apapun. Begitu pula jangan mengabulkan keinginan anak karena ia mengamuk. Sebab, anak akan belajar bahwa amukannya berhasil.
3. Tidak perlu merasa malu menangani amukan anak di depan umum. Banyak orang tua yang merasa malu jika anaknya mengamuk di tempat umum. Akibatnya mereka segera menyogok anak agar amukannya reda. Hal ini akan merugikan, begitu anak belajar tentang situasi ini, ia akan menggunakan amukannya sebagai senjata untuk mendapatkan semua keinginannya. Jika ini terjadi, orangg tua akan sulit mengendalikan keinginan anak. Mereka kelak akan menyadari dan mengeluh kalau anaknya menjadi cengeng, manja, rewel dan banyak maunya.
4. Jangan marah, jangan membentak, dan jangan menyakiti fisik. Kemarahan sangat menular, jadi bisa saja Anda juga ikut mengamuk. Ada kalanya anak yang mulai reda dari amarahnya kembali berkobar-kobar karena mendengar nada suara kita yang meninggi, atau karena cubitan kekesalan di pahanya. Jadi berusahalah tenang, sabar dan menggunakan akal sehat pada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar