Tidak seperti biasanya yang selalu pulang dan pergi bersama bak anak kembar (laen ibu, laen bapak, lho?), pagi ini terpaksa Shin berangkat tanpa Indra ke sekolah. Tadi saat ia menjemput Indra, sobat kentalnya itu masih bertapa di pulau kapuk alias tidur, dan katanya akan datang telat. Jadilah Shin bersolo karir. He..he.. J
“Hi.. Shin, sendiri?”
“Hi.. Shin, sendiri?”
Shin berhenti sesaat sebelum menoleh ke arah suara yang menyapanya pagi itu ketika akan memasuki gerbang sekolah. Rasanya suara ini pernah terdengar di telinga Shin, Tapi di mana ya? Kapan Shin pernah mendengarnya ya?. Shin berpikir. O… my god, Reina!!
Jantung Shin terasa akan copot! Rambutnya yang panjangnya yang sedikit kecoklat coklatan diikat dengan manisnya dengan jepitan berwarna kecoklatan. Seperti daun daun sakura. Indah, pikir Shin. Pikirannya melayang ke negeri sakura sana. Dulu ia sering membantu ibunya mengumpilkan daun sakura kalau musim gugur tiba. Daun itu akan dijadikan hiasan kartu ucapan atau sebagai pelengkap hiasan dinding. Tapi itu dulu, sebelum ibunya sibuk dan ikut menegelola perusahan keluarga mereka. Sekarang, ibunya tak lagi punya waktu untuk itu.
Jantung Shin semakin berdegup kencang, apalagi ketika Reina mensejajari langkahnya.
“I..iya” ucap Shin gelagapan, dan akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
“Kok nggak bareng Indra?” Tanya Reina.
“Iya, Indra katanya berangkat agak telat, semalam dia tidur kemaleman.”
“O… padahal semalam dia nelpon aku, katanya mau pinjam catatan, makanya aku disuruh datang pagi gini, oh ya, boleh titip nggak?”. Tanya Reina.Shin mengangguk. Reina mengeluarkan sebuah buku bersampul rapi dari tas mungilnya dan menyerahkannya kepada Shin.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar